Bacajuga: Tafsir Surah Al Insyiqaq Ayat 1-9. Dalam Tafsir Surah Al Insyiqaq Ayat 10-25 ini dikatakan bahwa golongan kedua tersebut adalah orang-orang yang berprilaku buruk ketika di dunia. Salah satunya adalah mendustakan ayat-ayat Allah dan utusan Allah Swt. Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa golongan kedua adalah mereka yang banyak
The Rending Asunder) Number of Verses: 25 (After reading certain verses of Qur'an it is an obligation to do prostration after their recitation, so we have chosen this mark * to help you find these verses within the text.) Contents of the Surahبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِIn The Name of Allah, The Beneficent, The Merciful
TafsirSurat Al-Insyiqaq Sebagaimana juga yang telah berlalu pada tafsir Surat At-Takwir dan Surat Al-Infithar, bahwasanya dalam sebuah hadist shahih, Rasulullah Shalallahu 'alayhi wa sallam pernah bersabda, مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ كَأَنَّهُ رَأْيُ عَيْنٍ. فَلْيَقْرَأْ: إِذَا
TafsirSurat Al-Insyiqaq Ayat 1 (Terjemah Arti) Paragraf di atas merupakan Surat Al-Insyiqaq Ayat 1 dengan text arab, latin dan artinya. Ditemukan sekumpulan penjabaran dari para ulama terkait makna surat Al-Insyiqaq ayat 1, sebagiannya sebagaimana terlampir: Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia. 1-5.
SuratAl-Insyiqaq Ayat 16. Tafsir Quraish Shihab Diskusi (Maka sesungguhnya aku bersumpah) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah (dengan cahaya merah di waktu senja) yakni dengan nama mega merah yang berada di ufuk barat sesudah matahari terbenam. Aku benar-benar bersumpah, demi ufuk yang memerah di waktu senja,
6qr1. Sebagaimana juga yang telah berlalu pada tafsir Surat At-Takwir dan Surat Al-Infithar, bahwasanya dalam sebuah hadist shahih, Rasulullah Shalallahu alayhi wa sallam pernah bersabda, مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ كَأَنَّهُ رَأْيُ عَيْنٍ. فَلْيَقْرَأْ إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ، وَإِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ، وَإِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ “Barangsiapa yang ingin merasakan hari kiamat seperti menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, hendaklah ia membaca “idza syamsu kuwirat, idza syamaaunfatarat, dan idza syamaaunsyaqat”. HR At-Tirmidzi no. 3333 Para ulama telah bersepakat bahwa Surat Al-Insyiqaq adalah surat Makiyyah. Oleh karena itu, surat ini fokus membantah pemikiran-pemikiran para kafir Quraisy Mekkah berkaitan dengan masalah hari kiamat, dimana mereka mengingkarinya dan menyangka bahwasanya tidak ada hari kiamat. Allah membuka surat ini dengan firman-Nya إِذَا السَّمَاءُ انشَقَّتْ “Apabila langit terbelah” Telah berlalu penjelasan bahwasanya langit merupakan makhluk Allah yang terbesar dan terluas yang bisa kita saksikan. Allah berfirman وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ “Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan Kami dan Kami benar-benar meluaskannya.” QS Adz-Dzariyat 47 Tidak ada makhluk yang lebih besar dari langit yang bisa kita saksikan sekarang. Bahkan matahari, rembulan, bintang-bintang, dan semuabenda langit lainnya berada dalam lingkaran langit, bahkan tidak ada yang mengetahui dimana. Semua manusia dapat menyaksikannya dimanapun ia berada, baik yang tingal di daerah kutub atau daerah khatulistiwa, di benua manapun mereka akan melihat langit. Hal ini menunjukkan betapa luasnya langit. Oleh karena itu, Allah menjadikan langit sebagai ayat. Pada suatu hari kelak fenomena-fenomena alam yang kita lihat sekarang ini akan berubah semua. Manusia jangan menyangka bahwasanya hari-hari yang berjalan sekarang akan seterusnya demikian. Kelak akan sampai pada suatu hari dimana semua akan berubah, sebagai pertanda akan datang hari yang lain yaitu hari kiamat, hari akhirat yang tiada penghujungnya. Diantara perubahan-perubahan dahsyat tersebut seperti matahari yang terbit dari barat yang sebelumnya terbit dari timur, demikian juga langit-langit yang kokoh yang tidak berlubang namun kelak Allah akan membelahnya. Telah disebutkan bahwasanya awal mulanya langit akan perlahan-lahan mulai terbelah yang disebut dengan infithar kemudian setelah terbelah secara sempurna berlubang-lubang maka disebut dengan insyiqaq. Setelah itu langit-langit menjadi lemah lantas langit-langit tersebut akan dilepas oleh Allah sebagaimana kulit yang dicabut dari seekor hewan, dan kemudian dilipat oleh Allah. lihat kembali tafsir surat al-infithor Kemudian Allah berfirman وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ “Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh” Salah satu maknaأَذِنَتْ dalam bahasa Arab adalah اِسْتَمَعَتْ yaitu mendengar dan taat. Hal ini sebagaimana sabda Nabi مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِلنَّبِيِّ أَنْ يَتَغَنَّى بِالقُرْآنِ Artinya adalah مَا اسْتَمَعَ اللَّهُ لِشَيْءٍ ’Tidaklah Allah mendengar sesuatu seperti Allah mendengarnya Allah terhadap seorang Nabi yang melantunkan al-Qur’an’’ HR Al-Bukhari no 5024 dan Muslim no 792, lihat penjelasan At-Thobari dalam Tafsirnya 24/230 وَحُقَّتْ artinya وَأَطَاعَتْ lihat Tafsir At-Thobari 24/231 Maka langit itu taat dan mendengar apa kata Allah tatkala dia dirubah, ia patuh kepada Allah untuk dibelah oleh Allah. Sebagaimana langit telah taat sebelumnya kepada Allah diawal penciptaannya. Allah berfirman ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ “Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh”.” QS Fushshilat 11 Langit dan bumi selamanya akan taat kepada Allah baik di awal penciptaannya sampai akhir penciptaanya. وَحُقَّتْ yaitu sebagaimana kata Ibnu Katsir وَحُقَّ لَهَا أَنْ تُطِيعَ أَمْرَهُ sudah semestinya langit taat kepada peruintah Allah, karena Allah adalah Yang Maha Agung Yang Maha Kuasa, semuanya tunduk di bawah aturan dan perintahNya. Kemudian Allah berfirman وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ “Dan apabila bumi diratakan” Para ulama telah bersepakat bahwa bumi ini bentuknya bulat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata اعْلَمْ أَنَّ الْأَرْضَ قَدْ اتَّفَقُوا عَلَى أَنَّهَا كُرَوِيَّةُ الشَّكْلِ ’Ketahuilah bahwa para ulama telah sepakat bahwa bumi itu bentuknya bulat’’ Maajmuu’ al-Fataawaa 5/150 Dan pada hari kiamat kelak bumi yang bulat yang sekarang dipijak ini akan dibuat datar oleh Allah. Allah berfirman يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ ۖ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ “yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan mereka manusia berkumpul di padang mahsyar menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa.” QS Ibrahim 48 Pada hari kiamat kelak, bumi ini akan diubah oleh Allah dan manusia akan dibangkitkan di atas dataran yang rata, tidak ada gunung dan tidak ada lembah. Semua manusia dikumpulkan mulai dari zaman nabi Adam hingga hari kiamat. Abdullah bin Amr bin al-Aash berkata إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ مُدَّتِ الْأَرْضُ مَدَّ الْأَدِيمِ “Apabila hari kiamat, maka Allah akan meratakan bumi sebagaimana meratakan kulit.” Atsar riwayat Al-Hakim no. 8716, dan Ibnu Majah no 4081 juga meriwayatkan dari Nabi makna yang serupa namun dengan sanad yang lemah dengan lafal ثُمَّ تُنْسَفُ الْجِبَالُ، وَتُمَدُّ الْأَرْضُ مَدَّ الْأَدِيمِ ’Gunung-gunung lalu dihancurkan dan bumipun diratakan sebagaimana diratakannya kulit’’ Demikianlah keadaan bumi akan diratakan sebagaimana ratanya kulit ketika ditarik, tidak ada lekukan, tidak ada turunan, tidak ada gunung tidak ada lembah, semuanya datar. Disitulah manusia nanti akan dibangkitkan oleh Allah, yaitu di atas padang mahsyar yang merupakan bumi yang telah di modifikasi oleh Allah.[1] Nabi bersabda يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ، كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ “Manusia dikumpulkan pada hari kiamat di atas bumi yang putih kemerah-merahan seperti tepung yang bersih, tidak ada penunjuk jalan apapun” HR Al-Bukhari no 6521 Ibnu Hajar berkata, ’yaitu tidak ada tanda-tanda pemukiman sama sekali, tidak bangunan, tidak ada bekas apapun, tidak ada apapun yang merupakan petunjuk jalan seperti gunung dan batu yang muncul’’ Fathul Baari 11/375 Sehingga bumi yang baru -yaitu padang mahsyar- lebih luas dan cukup untuk menampung seluruh manusia yang dibangkitkan oleh Allah untuk dihisab oleh Allah. Kemudian Allah berfirman وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ “Dan menumpahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong” Bumi sekarang ini mengandung berbagai macam benda. Mulai dari barang tambang, sampai tulang-belulang dan mayat-mayat yang berada di dalam tanah, semua akan dikeluarkan dari bumi tersebut pada hari kiamat. Sehingga bumipun menjadi kosong. Kemudian Allah berfirman وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ “Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh” Kemudian Allah berfirman يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ “Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemuinya” Hukum asalnya, apabila Al-Insan disebut dalam ayat makiyyah, maka yang dimaksudkan adalah orang kafir. Tetapi khusus pada surat Al-Insyiqaq, yang dimaksudkan dengan Al-Insan disini bukan hanya orang kafir, tetapi manusia secara umum lihat Tafsir al-Qurthubi 19/271. Menimbang ayat-ayat berikutnya yang menyebutkan tentang orang-orang kafir sekaligus orang-orang beriman, sehingga maksud Al-Insan disini adalah seluruh manusia secara umum. Setiap manusia yang ada di atas muka bumi ini pasti akan merasakan yang namanya kerja keras dan kepayahan. Tidak ada manusia yang bisa rileks secara total, bahkan orang-orang kaya juga memikirkan banyak hal. Ketenangan yang hakiki hanya ada di akhirat. Dalam ayat ini Allah tidak menyebutkan usaha apa yang dilakukan manusia. Karena usaha seorang manusia mencakup baik itu kebaikan ataupun keburukan. Sesungguhnya dalam ayat dijelaskan setelah itu dia akan menemukan hasilnya. Sebagian mengatakan bahwasanya dia akan bertemu dengan Rabbnya. Namun kedua pendapat ini saling berkaitan. Jika dia bertemu dengan Rabbnya maka dia akan bertemu juga dengan hasil usahanya tersebut di sisi Rabb nya. Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/351. Apapun yang kita kerjakan sekarang ini akan kita lihat hasilnya di akhirat kelak, kebaikan maupun keburukan. Allah berfirman فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ 7 وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ 8 “7 Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya; 8 Dan barang siapa yang mengerjakan keburukan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” QS Az-Zalzalah 7-8 Qotadah berkata إِنَّ كَدْحَكَ يَا ابْنَ آدَمَ لَضَعِيفٌ فَمَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَكُونَ كَدْحُهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ فَلْيَفْعَلْ ولا قوة إلا بالله ’Wahai anak Adam, sesungguhnya kerja usahamu -bagaimanapun juga- benar-benar lemah. Maka siapa yang mampu usahanya pada ketaatan kepada Allah maka lakukannya, dan tiada kekuatan kecuali dengan Allah Tafsir Ibnu Katsir 8/351 Seakan-akan Qotadah berkata bahwa kerjaan kita, kemampuan kita untuk berbuat dan beramal sangatlah terbatas. Terbatas dari sisi waktu dan dari sisi kekuatan. Maka jangan sampai keterbatasan itu kita gunakan juga untuk bermaksiat kepada Allah. Hasil perbuatan kita selama di dunia akan kita lihat, diantaranya kita lihat dalam catatan amal kita. Karenanya setelah itu Allah berfirman فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ “Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya” فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا “Maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah” Semakna dengan ayat tersebut Allah berfirman dalam ayat yang lain فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ 19 إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ 20 19 Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku ini; 20 Sesungguhnya aku yakin, bahwa suatu saat aku akan menerima perhitungan terhadap diriku.” QS Al-Haqqah 19-20 Ini adalah kondisi orang yang beriman yang dimuliakan oleh Allah. Dia menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya dan dia senang dengan isi catatan amalnya. Dia yakin akan perjumpaannya dengan Allah sehingga dia beramal shalih. Dan kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan. Hisab yang ada di akhirat kelak itu ada dua model. Dalam suatu hadist Rasulullah Shalallahu alayhi wa sallam pernah bersabda, مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ. قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا} [الانشقاق 8] قَالَتْ فَقَالَ ” إِنَّمَا ذَلِكِ العَرْضُ، وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الحِسَابَ يَهْلِكْ “Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman maka ia akan dihisab dengan hisab yang mudah?’” Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Hal itu adalah al-ardh pemaparan. Namun barangsiapa yang diperinci dan detail saat dihisab, maka ia akan binasa”. HR Bukhari no. 103 dan Muslim no. 276 Oleh karena itu, para ulama menjelaskan bahwa kelak di hari kiamat ada pemaparan dan ada hisab. Pemaparan artinya Allah memaparkan seluruh amalan dia di hadapan Allah, berdua antara dia dengan Alah. Nabi Shalallahu alayhi wa sallam bersabda, مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ، لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ، وَلاَ حِجَابٌ يَحْجُبُهُ “Tidaklah ada seorangpun di antara kalian kecuali ia akan diajak bicara oleh Rabb-nya. Tidak ada antara keduanya penerjemah dan penghalang yang menghalanginya.” HR Bukhari no 7443 Disitu Allah akan menampakkan catatan amal. Dalam hadist yang lain Nabi Shalallahu alayhi wa sallam pernah berdoa, عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ فِى بَعْضِ صَلاَتِهِ اللَّهُمَّ حَاسِبْنِى حِسَاباً يَسِيرًا ». فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ قَالَ أَنْ يَنْظُرَ فِى كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ » Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada sebagian shalatnya membaca, “Ya Allah hisablah aku dengan hisab yang mudah” Ketika beliau berpaling saya bekata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus dosanya karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.” HR. Ahmad 6/48 Allah tidak menghisab kaum Mukminin secara detail, namun mencukupkan dengan al-aradh. Allah hanya memaparkan dan menjelaskan semua amalan tersebut di hadapan mereka. Demikian dijelaskan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu Umar, beliau berkata سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya sitar الكَنَفُ asalnya berarti sayap burung yang digunakan untuk menutup dirinya dan telurnya –pent dan menutupinya dari pandangan orang lain, lalu Allah berseru Tahukah engkau dosa ini? Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab, ’Ya, wahai Rabb-ku,’ hingga bila selesai meyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Allah berfirman,’Aku telah rahasiakan menutupi dosa itu di dunia, dan Aku sekarang mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya. Sedangkan orang kafir dan munafik, maka Allah berfirman Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka’. Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang yang zhalim”. HR Bukhari no. 2441 dan Muslim no. 2768 Oleh karena itu, ini merupakan karunia dari Allah sekaligus hal yang sangat memalukan bagi seorang mukmin yang melakukan kemaksiatan. Tatkala tidak ada orang yang melihat dia kemudian dia menutup rapat-rapat semua pintu dan jendelanya lalu bermaksiat kepada Allah, maka maksiat ini akan diingatkan oleh Allah pada hari kiamat kelak meskipun dia sudah bertaubat. Meskipun Allah tidak mempermalukan dia di hadapan khalayak ramai tetapi di hadapan Allah sudah cukup mamalukan. Nabi Adam saja yang sudah diterima taubatnya oleh Allah akibat pelanggarannya telah memakan buah yang dilarang oleh Allah, beliau di hari kiamat kelak juga takut dengan dosa tersebut, sehingga ketika orang-orang datang kepada Nabi Adam, meminta agar Nabi Adam memberi syafaat di sisi Allah untuk mereka, Nabi Adam tidak mau karena telah melanggar perintah Allah. Padahal Nabi Adam telah bertaubat dan sudah diterima oleh Allah namun Nabi Adam masih khawatir dengan dosa tersebut. Namun jika seseorang menjalani hisab di hadapan seluruh manusia, maka hal itu sendiri sudah merupakan siksaan. Sebagai permisalan, ketika kita di dunia ini melakukan perbuatan kriminal, lantas kita dipanggil oleh hakim kemudian disidang di hadapan orang-orang yang hadir maka yang seperti itu sudah merupakan siksaan tersendiri, merasa malu karena disaksikan oleh orang banyak. Adapun yang dimaksud dengan hisab munaqosyah maka sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar وَالْمُرَادُ بِالْمُنَاقَشَةِ الِاسْتِقْصَاءُ فِي الْمُحَاسَبَةِ وَالْمُطَالَبَةُ بِالْجَلِيلِ وَالْحَقِيرِ وَتَرْكِ الْمُسَامَحَةِ “Yang dimaksud dengan munaqosyah adalah detail dan rinci dalam pengauditan, dan penuntutan segala dosa baik yang besar maupun yang kecil, disertai tanpa pemaafan” Fathul Baari 11/401 Yang ini melazimkan ketersiksaan. Nabi bersabda مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ عُذِّبَ Barang siapa yang disidang secara rinci tatkala hisab maka dia disiksa. Dia akan tersiksa dari dua sisi, 1 tatkala disidang, dan 2 tatkala masuk neraka setelah persidangan. Kemudian Allah berfirman وَيَنقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا “Dan dia akan kembali kepada keluaraganya yang sama-sama beriman dengan gembira” Adapun orang mukmin maka dia akan dihisab dengan hisab yang ringan. Allah akan menampakkan dosa-dosanya yang pernah dia lakukan lalu dimaafkan oleh Allah. Dia pun bergembira karena menerima catatan amal dengan tangan kanannya. Kemudian dia kembali kepada istri-istrinya di surga dengan penuh kegembiraan, baik itu istri-istrinya yang menjadi istrinya di dunia yang masuk surga bersama dia, ataukah istri-istri dari bidadari yang Allah siapkan untuknya. Kemudian Allah berfirman وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ “Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang” فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا “maka dia akan berteriak, “Celakalah aku!”” وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا “Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala neraka” Semakna dengan ayat tersebut Allah berfirman dalam ayat yang lain وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ 25 وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ 26 25 Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku ini tidak diberikan kepadaku; 26 Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku.” QS Al-Haqqah 25-26 Ada dua ayat yang membicarakan hal yang sama namun konsekuensinya berbeda, yang satu mengatakan vahwa catatan amalnya dari belakang yang satu dari sebelah kiri. Sehingga terdapat khilaf diantara para ulama, apakah dua kondisi adalah dua hal yang berbeda atau tidak. Sebagian ulama semisal Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan bahwa kedua bentuk ini bisa digabungkan dalam satu model, artinya dia akan menerima catatan amalnya dari tangan kiri dari belakang, tangannya dibengkokkan kemudian menerimanya dari belakang. Disebutkan pula oleh sebagian salaf bahwasanya tatkala dia diberikan catatan amalnya, dia ingin mengambilnya dengan tangan kanannya. Tetapi tangan kanannya terlepas sehingga dia diberikan kitab tersebut dengan tangan kirinya, dalam rangka untuk menghinakannya. Ada pula yang mengatakan bahwasanya tangan kirinya dimasukan dalam dadanya sehingga menembus dadanya hingga belakang dan menerimanya dari belakangnya sebagai bentuk penghinaan Allah untuknya. Kemudian tatkala dia menerima catatan amalnya dengan tangan kirinya maka dia pun akan berteriak, celakalah aku, celakalah aku. Karena dia tahu bahwa dia akan binasa. Dia akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam dan dipanggang di dalamnya. Kemudian Allah berfirman إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا “Sungguh, dia dahulu di dunia bergembira di kalangan keluarganya yang sama-sama kafir” Para pelaku kemaksiatan di dunia ini juga merasakan kesenangan. Tetapi senang-senangnya mereka dengan kelezatan-kelezatan yang diharamkan oleh Allah. Sehingga apa yang mereka rasakan adalah sesuatu yang semu dan sementara, hati mereka hanya berisi dengan kesengsaraan. Di dunia ia tidak pernah memikirkan akan hari akhirat, hal ini berbeda dengan kaum mukiminin tatkala di dunia tetap ada kekawatiran untuk bertemu dengan akhirat sehingga mereka beramal dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman tentang orang-orang beriman قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ 26 فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ 27 “26 Mereka berkata, Sesungguhnya kami dahulu ketika di dunia, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut akan diadzab; 27 Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka’.” QS At-Thur 26-27 Karenanya Allah menegaskan sebab orang kafir hanya bersenang-senang saja menghabiskan kehidupan mereka seperti hewan, yaitu karena mereka lupa dengan hari pembalasan. Allah berfirman إِنَّهُ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ “Sesungguhnya dia mengira bahwa dia tidak akan kembali kepada Tuhannya” بَلَىٰ إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا “Tidak demikian, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya” Tidak demikian sebagaimana persangkaannya bahwa dia tidak akan dikembalikan, sesungguhnya Allah akan mengembalikannya untuk membalas perbuatannya karena Allah senantiasa mnegawasi dia. Seluruh amalan-amalan dia akan tercatat dan akan dikembalikan kepada Allah. Setelah itu ita masuk pada paragraph yang baru yang menunjukan pembahasan selanjutnya, Allah berfirman فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ “Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja” Asy-Syafaq adalah kesan merah yang nampak di cakrawala saat matahari terbenam. Adanya warna merah tersebut juga menjadi penanda bahwa waktu maghrib belum selesai, sehingga ketika sudah hilang maka waktu isya telah masuk. Sebagaimana dijelaskan dalam sebagian hadist-hadist yang shahih. Nabi Shalallahu alayhi wa sallam bersabda وَوَقْتُ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبِ الشَّفَقُ “Waktu shalat Maghrib adalah selama cahaya merah saat matahari tenggelam belum hilang.” HR. Muslim no. 612 Allah berfirman وَاللَّيْلِ وَمَا وَسَقَ “Demi malam dan apa yang diselubunginya” Para ulama menjelaskan bahwasanya malam mengumpulkan banyak perkara. Hewan-hewan yang tadinya keluar di siang hari, mereka akan kembali ke kandangnya pada malam hari. Manusia yang tadinya keluar di siang hari akan pulang ke rumahnya setelah tiba waktu malam. Allah berfirman وَالْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ “Demi bulan apabila jadi purnama” Kemudian Allah berfirman لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٍ “Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat dalam kehidupan” Ini menunjukkan bahwasanya manusia tidak bisa berbuat seenaknya. Kita tidak mungkin muda dan gagah selamanya, walaupun kita menginginkannya. Karena setiap manusia akan berjalan diatas tingkatan-tingkatan. Dari kecil hingga dewasa, dari muda hingga tua. Dari sehat kemudian sakit, dari hidup kemudian meninggal dunia. Dari hapalannya kuat kemudian pelupa lalu pikun, semuanya sudah diatur oleh Allah. Oleh karena itu, hendaklah kita terpedaya dengan dunia ini. Seakan-akan Allah mengatakan tahapan-tahapan itu mempunyai akhir yaitu hari kiamat. Dan perubahan-perubahan kondisi yang dikabarkan oleh Allah hendaknya mengingatkan manusia akan tahapan terakhir dari kehidupan ini yaitu hari kiamat yang abadi.[2] Kemudian Allah berfirman فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ “Maka mengapa mereka tidak mau beriman?” وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ ۩ “Dan apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau bersujud” Ayat ini merupakan ayat sajadah, barangsiapa yang membacanya maka disunnahkan baginya untuk sujud tilawah, baik ketika shalat maupun di luar shalat. Apabila dia sedang di luar shalat maka dia langsung sujud. Apabila di dalam shalat maka dia bertakbir kemudian sujud lalu bangun kembali seraya bertakbir dan melanjutkan bacaan. عَنْ أَبِى رَافِعٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ أَبِى هُرَيْرَةَ الْعَتَمَةَ فَقَرَأَ إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ فَسَجَدَ فَقُلْتُ مَا هَذِهِ قَالَ سَجَدْتُ بِهَا خَلْفَ أَبِى الْقَاسِمِ – صلى الله عليه وسلم – فَلاَ أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُ Dari Abu Rafi’, dia berkata bahwa dia shalat Isya’ shalat atamah bersama Abu Hurairah, lalu beliau membaca “idzas samaa’unsyaqqot”, kemudian beliau sujud. Lalu Abu Rafi’ bertanya pada Abu Hurairah, “Apa ini?” Abu Hurairah pun menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qosim Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika sampai pada ayat sajadah dalam surat tersebut.” Abu Rafi’ mengatakan, “Aku tidaklah pernah bersujud ketika membaca surat tersebut sampai aku menemukannya saat ini.” HR. Bukhari no. 768 dan Muslim no. 578 Bacaan ketika sujud tilawah sama seperti bacaan sujud ketika shalat. Ada beberapa bacaan yang bisa kita gunakan seperti yang diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah, beliau menceritakan tentang tata cara shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ketika sujud beliau membaca سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى “Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi.” HR. Muslim no. 772 Adapun bacaan yang biasa dibaca ketika sujud tilawah sebagaimana tersebar di berbagai buku dzikir dan do’a adalah berdasarkan hadits yang masih diperselisihkan keshahihannya. Bacaan tersebut berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ “Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta.” HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An Nasai Kemudian Allah berfirman بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُكَذِّبُونَ “bahkan orang-orang kafir itu mendustakannya” وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوعُونَ “Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka” Dalam hati mereka ada pendustaan terhadap al-Qur’an dan Rasulullah Tafsir At-Thobari 24/257 فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ “Maka sampaikanlah kepada mereka ancaman azab yang pedih” Al-Bisyarah dalam bahasa arab seringnya digunakan untuk kabar gembira. Dan Allah menggunakan ungkapan tersebut sebagai bentuk ejekan terhadap orang-orang musyrikin. Bahwasanya mereka akan menerima azab yang pedih di akhirat kelak. Kemudian Allah berfirman إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya” Ini adalah ganjaran bagi orang-orang beriman di akhirat berupa kenikmatan yang tiada putus-putusnya. Ibnu Katsir berkata فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ الْمِنَّةُ عَلَى أَهْلِ الْجَنَّةِ فِي كُلِّ حَالٍ وَآنٍ وَلَحْظَةٍ، وَإِنَّمَا دَخَلُوهَا بِفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ لَا بِأَعْمَالِهِمْ فَلَهُ عَلَيْهِمُ الْمِنَّةُ دَائِمًا سَرْمَدًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ أَبَدًا، وَلِهَذَا يُلْهَمُونَ تَسْبِيحَهُ وَتَحْمِيدَهُ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ’Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberi karunia kepada penghuni surga setiap kondisi, setiap detik, dan setiap saat. Dan sesungguhnya mereka masuk surga karena karunia dan kasih saying Allah, bukan karena amal mereka. Maka Allah memberi karunia kepada mereka selalu dan selamanya, dan segala pujian adalah milik Allah semata selama-lamanya. Karenanya para penghuni surge selalu diilhamkan untuk bertasbih dan bertahmid memujiNya sebagaimana mereka bernafas’’ Tafsir Ibnu Katsir 8/356 Jika nikmat penghuni surga tiada henti-hentinya maka demikian pula sebaliknya hukuman Allah untuk orang-orang kafir, yaitu adzab yang tiada henti-hentinya dalam neraka jahannam. فَذُوقُوا فَلَن نَّزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا “Maka karena itu rasakanlah. Tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain azab.” QS An-Naba 30 Ayat ini merupakan ancaman yang sangat mengerikan bagi para penghuni neraka jahannam. Bahwasanya adzab yang mereka rasakan setiap hari terus bertambah. Azab-Nya tidak statis tetapi bertambah terus kerasnya. Sebaliknya di surga, kenikmatan-kenikmatan yang para penghuni surga rasakan akan terus bertambah dengan berbagai macam model kenikmatan. ____________________________ [1] Ini adalah salah satu dari dua pendapat di kalangan para ulama yaitu bahwa padang mahsyar adalah modifikasi dari bumi yang kita pijak sekarang, yang tadinya bulat dijadikan datar oleh Allah, setelah Allah mencabut gunung-gunung dan menghancurkannya. Dan ini juga didukung dengan firman Allah يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ’pada hari itu bumi menceritakan beritanya’’ QS Az-Zalzalah 4 Sebagian salaf menafsirkan ayat ini bahwa bumi akan mengabarkan tentang orang-orang yang pernah memijaknya baik orang-orang yang taat maupun para pelaku kemaksiatan Lihat Tafsir At-Thobari 24/561 Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa bumi yang kita pijak ini akan hancur dan sirna. Padang mahsyar adalah benar-benar bumi yang baru dan bukan modifikasi dari bumi yang lama. Ibnu Mas’uud berkata أَرْضٌ بَيْضَاءُ كَأَنَّهَا فِضَّةٌ، لَمْ يُسْفَكْ فِيهَا دَمٌ حَرَامٌ، وَلَمْ يُعْمَلْ فِيهَا بِمَعْصِيَةٍ ’Bumi putih seperti perak, tidak pernah ditumpahkan di atasnya darah yang haram, dan tidak pernah dikerjakan di atasnya kemaksiatan’’ Atsar riwayat At-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabiir no 10323 dan At-Thobari dalam tafsirnya 13/730, dan dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 11/375 Atsar ini menunjukan bahwa padang mahsyar adalah bumi yang baru yang tidak pernah dilakukan kemaksiatan di atasnya sama sekali, berbeda dengan bumi yang lama. [2] Ini adalah salah satu pendapat para ulama tentang tafsir ayat ini. Ada pendapat-pendapat yang lain tentang tafsir ayat ini. Diantaranya Ayat ini berkaitan dengan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yaitu Allah berkata kepadanya, ’Wahai Muhammad engkau akan menjalani dan menaiki langit demi langit, derajat demi derajat’’ Ayat ini berkaitan dengan langit, sehingga maknanya, ’Sungguh-sungguh langit-langit akan menjalani kondisi demi kondisi, dari pembelahan, hingga dilepaskan dari atas, lalu dilipat oleh Allah Engkau wahai manusia akan menjalani kondisi-kondisi hari kiamat dari satu tahapan kepada tahapan berikutnya. Dari padang mahsyar, hisaz, mizan, shirot hingga surga atau neraka. Menurut Al-Imam Al-Qurthubi semua pendapat di atas benar dan memang dimaksudkan oleh Allah. Lihat Tafsir al-Qurthubi 19/278
إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنشَقَّتْArab-Latin iżas-samā`unsyaqqatArtinya 1. Apabila langit terbelah,وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْwa ażinat lirabbihā wa ḥuqqat2. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh,وَإِذَا ٱلْأَرْضُ مُدَّتْwa iżal-arḍu muddat3. dan apabila bumi diratakan,وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْwa alqat mā fīhā wa takhallat4. dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong,وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْwa ażinat lirabbihā wa ḥuqqat5. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya.يَٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَٰقِيهِyā ayyuhal-insānu innaka kādiḥun ilā rabbika kad-ḥan fa mulāqīh6. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan مَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦfa ammā man ụtiya kitābahụ biyamīnih7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya,فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًاfa saufa yuḥāsabu ḥisābay yasīrā8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ مَسْرُورًاwa yangqalibu ilā ahlihī masrụrā9. dan dia akan kembali kepada kaumnya yang sama-sama beriman dengan مَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهْرِهِۦwa ammā man ụtiya kitābahụ warā`a ẓahrih10. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang,فَسَوْفَ يَدْعُوا۟ ثُبُورًاArab-Latin fa saufa yad’ụ ṡubụrāArtinya 11. maka dia akan berteriak “Celakalah aku”.وَيَصْلَىٰ سَعِيرًاwa yaṣlā sa’īrā12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala neraka.إِنَّهُۥ كَانَ فِىٓ أَهْلِهِۦ مَسْرُورًاinnahụ kāna fī ahlihī masrụrā13. Sesungguhnya dia dahulu di dunia bergembira di kalangan kaumnya yang sama-sama kafir.إِنَّهُۥ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَinnahụ ẓanna al lay yaḥụr14. Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali kepada Tuhannya.بَلَىٰٓ إِنَّ رَبَّهُۥ كَانَ بِهِۦ بَصِيرًاbalā inna rabbahụ kāna bihī baṣīrā15. Bukan demikian, yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu أُقْسِمُ بِٱلشَّفَقِfa lā uqsimu bisy-syafaq16. Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,وَٱلَّيْلِ وَمَا وَسَقَwal-laili wa mā wasaq17. dan dengan malam dan apa yang diselubunginya,وَٱلْقَمَرِ إِذَا ٱتَّسَقَwal-qamari iżattasaq18. dan dengan bulan apabila jadi purnama,لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٍlatarkabunna ṭabaqan an ṭabaq19. sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan,فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَfa mā lahum lā yu`minụn20. Mengapa mereka tidak mau beriman?وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ ٱلْقُرْءَانُ لَا يَسْجُدُونَ ۩Arab-Latin wa iżā quri`a alaihimul-qur`ānu lā yasjudụnArtinya 21. dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,بَلِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يُكَذِّبُونَbalillażīna kafarụ yukażżibụn22. bahkan orang-orang kafir itu mendustakannya.وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوعُونَwallāhu a’lamu bimā yụ’ụn23. Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka.فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍfa basysyir-hum bi’ażābin alīm24. Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih,إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍۭillallażīna āmanụ wa amiluṣ-ṣāliḥāti lahum ajrun gairu mamnụn25. tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak ke-84 al-Insyiqaq, artinya Terbelah, lengkap ayat 1-25. Berisikan gambaran hari Kiamat dengan pasrah dan tunduknya alam semesta kepada perintah Rabbnya, sebagai bentuk perintah untuk pasrah dan pengingkaran terhadap kedurhakaan.
Surat Al-Insyiqaq Terbelah 25 Ayat • Surat ke 84 • Makkiyah إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ 1. Apabila langit terbelah, وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ 2. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ 3. dan apabila bumi diratakan, وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ 4. dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ 5. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya. يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ 6. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ 7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا 8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, وَيَنْقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا 9. dan dia akan kembali kepada kaumnya yang sama-sama beriman dengan gembira. وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ 10. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang,
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 840 Bismillah hir rahman nir raheem In the name of Allah, the Entirely Merciful, the Especially Merciful. إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنشَقَّتۡ 841 Izas samaaa’un shaqqat Sahih InternationalWhen the sky has split [open] وَأَذِنَتۡ لِرَبِّهَا وَحُقَّتۡ 842 Wa azinat li Rabbihaa wa huqqat Sahih InternationalAnd has responded to its Lord and was obligated [to do so] وَإِذَا ٱلۡأَرۡضُ مُدَّتۡ 843 Wa izal ardu muddat Sahih InternationalAnd when the earth has been extended وَأَلۡقَتۡ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتۡ 844 Wa alqat maa feehaa wa takhallat Sahih InternationalAnd has cast out that within it and relinquished [it] وَأَذِنَتۡ لِرَبِّهَا وَحُقَّتۡ 845 Wa azinat li Rabbihaa wa huqqat Sahih InternationalAnd has responded to its Lord and was obligated [to do so] – يَـٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدۡحٗا فَمُلَٰقِيهِ 846 Yaaa ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa Rabbika kad han famulaaqeeh Sahih InternationalO mankind, indeed you are laboring toward your Lord with [great] exertion and will meet it. فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ 847 Fa ammaa man ootiya kitaabahoo biyameenih Sahih InternationalThen as for he who is given his record in his right hand, فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابٗا يَسِيرٗا 848 Fasawfa yuhaasabu hi saabai yaseeraa Sahih InternationalHe will be judged with an easy account وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورٗا 849 Wa yanqalibu ilaaa ahlihee masrooraa Sahih InternationalAnd return to his people in happiness. وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ Wa ammaa man ootiya kitaabahoo waraaa’a zahrih Sahih InternationalBut as for he who is given his record behind his back, فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورٗا Fasawfa yad’oo subooraa Sahih InternationalHe will cry out for destruction وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا Wa yaslaa sa’eeraa Sahih InternationalAnd [enter to] burn in a Blaze. إِنَّهُۥ كَانَ فِيٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا Innahoo kaana feee ahlihee masrooraa Sahih InternationalIndeed, he had [once] been among his people in happiness; إِنَّهُۥ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ Innahoo zanna al lai yahoor Sahih InternationalIndeed, he had thought he would never return [to Allah]. بَلَىٰٓۚ إِنَّ رَبَّهُۥ كَانَ بِهِۦ بَصِيرٗا Balaaa inna Rabbahoo kaana bihee baseeraa Sahih InternationalBut yes! Indeed, his Lord was ever of him, Seeing. فَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلشَّفَقِ Falaaa uqsimu bishshafaq Sahih InternationalSo I swear by the twilight glow وَٱلَّيۡلِ وَمَا وَسَقَ Wallaili wa maa wasaq Sahih InternationalAnd [by] the night and what it envelops وَٱلۡقَمَرِ إِذَا ٱتَّسَقَ Walqamari izat tasaq Sahih InternationalAnd [by] the moon when it becomes full لَتَرۡكَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٖ Latarkabunna tabaqan an tabaq Sahih International[That] you will surely experience state after state. فَمَا لَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ Famaa lahum laa yu’minoon Sahih InternationalSo what is [the matter] with them [that] they do not believe, وَإِذَا قُرِئَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقُرۡءَانُ لَا يَسۡجُدُونَۤ۩ Wa izaa quri’a alaihimul Quraanu laa yasjudoon make sajda Sahih InternationalAnd when the Qur’an is recited to them, they do not prostrate [to Allah]? بَلِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُكَذِّبُونَ Balil lazeena kafaroo yukazziboon Sahih InternationalBut those who have disbelieved deny, وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا يُوعُونَ Wallaahu a’lamu bimaa yoo’oon Sahih InternationalAnd Allah is most knowing of what they keep within themselves. فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ Fabashshirhum bi’azaabin aleem Sahih InternationalSo give them tidings of a painful punishment, إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَٰتِ لَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونِۭ Illal lazeena aamanoo wa amilus saalihaati lahum ajrun ghairu mamnoon Sahih InternationalExcept for those who believe and do righteous deeds. For them is a reward uninterrupted.
INGIN IKLAN ANDA DISINI ? Dapatkan Tawaran Menarik Silahkan Kontak Admin Terima Kasih Ù¡. Ø¥ِذَا السَّÙ…َاء انشَÙ‚َّتْ Ù¢. ÙˆَØ£َذِÙ†َتْ Ù„ِرَبِّÙ‡َا ÙˆَØُÙ‚َّتْ Ù£. ÙˆَØ¥ِذَا الْØ£َرْضُ Ù…ُدَّتْ Ù¤. ÙˆَØ£َÙ„ْÙ‚َتْ Ù…َا Ùِيهَا ÙˆَتَØَÙ„َّتْ Ù¥. ÙˆَØ£َذِÙ†َتْ Ù„ِرَبِّÙ‡َا ÙˆَØُÙ‚َّتْ Apabila langit terbelah, Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, Dan apabila bumi diratakan, Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya. lni adalah peringatan lagi tentang akan datangnya hari kiamat; "Apabila langit telah hancur." ayat 1. Susunan yang sebagai kita lihat dari bumi sekarang ini tidak akan ada lagi. Bintang-bintang, matahari, bulan seta planet planet lain yang sekarang ada di tempatnya akan kacau balau, itulah kehancuran. "Lantaran patuhnya kepada Tuhannya.'' pangkal ayat 2. Karena semuanya itu akan terjadi atas kehendak dan perintah Tuhan, sehingga langit itu hanya menurut saja kehendak Allah yang mengaturnya; "Dan patutlah dia begitu." ujung ayat 2. Kepatuhan langit kepada kehendak Allah adalah suatu hal yang wajar, sebab Allahlah yang menciptakannya sejak semula dan Allah pula Yang Maha Kuasa merobahnya. "Dan apabila bumi telah dipanjangkan." ayat 3. Kalau kita lihat dalam peta atlas yang besar, nyatalah bahwa bumi itu bulat. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa suatu waktu dia akan dijadikan Allah panjang atau meluas. Menurut keterangan ahli-ahli memang bumi itu selalu berobah meskipun berobah itu berlaku dalam jutaan tahun. Bukan mustahil dari membulat dia melonjong. "Dan dikeluarkannya apa yang ada di dalamnya." pangkal ayat 4. Bumi itu sendiri karena telah melebar, atau tanah-tanah ketinggian jadi runtuh longsor, maka simpanan yang ada di dalam perut bumi itu dikeluarkannya sendiri. Simpanan itu ialah kuburan manusia; "Dan dia pun kosong." ujung ayat 4. Kubur itu telah menjadi kosong sebab isinya telah dimuntahkannya keluar, sehingga berseraklah tulang-tulang. "Lantaran patuhnya kepada Tuhannya dan patutlah dia begitu." ayat 5. Kejadian di bumi demikian rupa adalah karena tunduknya bumi kepada Tuhan yang menciptanya juga sebagaimana terjadi pada langit di ayat 2. Semuanya berlaku atas kehendak Tuhan. Tidak ada kekuasaan lain yang membendung atau menghalanginya. "Wahai Insan!" pangkal ayat 6. Ingatlah kamu dan insafilah keadaanmu; "Sesungguhnya engkau telah kerja keras akan menuju Tuhanmu, sekeras-keras kerja." Artinya bahwasanya manusia ini hidup di atas dunia bekerja keras, membanting tulang memeras tenaga siang dan malam, apa jua pun jenis yang dikerjakan, namun akhir perjalanan adalah menuju Tuhan juga. Tidak ada jalan lain. Kerja keras membanting tulang dalam hidup, tidak lain tujuan insan hanyalah ke pintu kubur. "Maka akan bertemulah engkau dengan Dia." ujung ayat 6. Bertemu dengan Dia artinya ialah mati!. Oleh sebab itu janganlah sekali-kali melupakan bahwa segala kerja keras menghabiskan tenaga di dalam hidup itu akhirnya akan diperhitungkan di hadapan Tuhan. "Maka adapun orang-orang yang diberikan suratnya dari sebelah kanannya." ayat 7. "Maka akan diperhitungkanlah dia dengan perhitungan yang mudah.'' ayat 8. Tersebut di dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Imam Ahmad daripada Aisyah bahwa beliau pernah mendengar, Rasulullah membaca pada saat sholatnya; "Ya Tuhanku, perhitungkanlah aku dengan perhitungan yang mudah." Maka bertanyalah Aisyah kepada beliau sehabis beliau sembahyang; "Apakah yang dimaksud dengan perhitungan yang mudah itu, ya Rasul Allah?" beliau menjawab; "Akan ditengok pada suratnya itu sepintas lalu, lalu dihentikan. Karena sesungguhnya barangsiapa yang dilakukan perhitungan yang teliti atas suratnya pada waktu itu, ya Aisyah, celakalah dia."Muslim pun merawikan Hadis ini pula dalam shahihnya. Nampaklah pada Hadis ini bahwasanya menerima surat panggilan dari sebelah kanan saja, sudah menjadi alamat bahwa pemeriksaan atas diri orang yang bersangkutan akan mudah saja, laksana pemeriksaan barang-barang kepunyaan orang yang dipandang istimewa dan mendapat hak luar biasa dan kekebalan diplomatik pada pemeriksaan, atau yang biasa juga disebut VIP Very Important Persons. Dibuka sepintas lalu, ditutup, lalu dibebaskan. "Dan dia akan kembali kepada keluarganya dengan sukacita." ayat 9. Keluarganya yang dimaksud disini ialah sesamanya ahli syurga. Sebab orang-orang yang sama-sama mendapat nasib baik, mendapat keridhaan Allah, lalu dimasukkan Tuhan ke dalam syurgaNya adalah laksana satu keluarga. Sama duduk bercengkerama menikmati anugerah dan kurnia Ilahi di tempat yang mulia itu. "Dan adapun orang yang diberikan suratnya dari belakang punggungnya.'' ayat 10. Dan diartikan juga dari sebelah kirinya. Dalam ayat ini disebut dari belakangnya, atau dari belakang punggungnya, untuk menunjukkan bahwa pemberian itu adalah dalam keadaan yang buruk; "Maka dia akan berteriak menyebut kecelakaan." ayat 11. Datangnya surat dari sebelah belakang itu saja sudah menjadi isyarat baginya bahwa dia akan menghadapi perhitungan yang sangat teliti karena banyak kesalahannya semasa di dunia fana ini. Dia akan berteriak keras menyesali diri. "Celakalah aku ini!" Dan dia akan masuk ke dalam api yang bernyala-nyala." ayat 12. Api nerakalah yang akan jadi tempatnya. Maka ayat selanjutnya menerangkan sebab-sebab maka demikian nasib buruk yang menimpanya; "Karena sesungguhnya dia pernah bersukaria pada ahlinya." ayat 13. Yaitu semasa hidupnya di atas dunia tidaklah diingatnya akan hari Akhirat, hari akan bertemu dengan Tuhan. Dia tidak bersiap untuk menghadapi maut. Sebab itu dia bersukaria menghabiskan umur pada barang yang tidak berfaedah. Sebagai tersebut pada ayat keenam tadi, dia bekerja keras, namun pekerjaannya itu hanyalah buat kepuasan hawa nafsu yang sementara. Maka dilanggarnyalah segala larangan Allah dan tidak dilaksanakannya apa yang diperintahkan; karena; "Sesungguhnya dia menyangka bahwa sekali-kali tidaklah dia akan kembali."ayat 14. Dia bawa lalu saja segala peringatan, dilengahkannya saja tuntunan yang diberikan oleh Rasul-rasul Allah, bahkan dicemuhkannya segala nilai-nilai yang diberikan oleh agama; Tidak begitu!' pangkal ayat 15. Artinya, ingatlah olehmu wahai Insan yang hidup sekarang di dunia ini, bahwa keadaan yang sebenarnya tidaklah begitu, tidaklah sebagaimana yang kamu sangkakan itu. "Sesungguhnyalah Tuhannya selalu melihatnya" ujung ayat 15. Hilangkanlah persangkaan yang salah itu, yaitu bahwa hidup di dunia ini tidak berujung dengan Akhirat, dan sementara di dalam dunia ini tidaklah ada kita yang lepas dari tilikan Tuhan. Oleh sebab itu maka hati-hatilah melangkah dari sekarang, agar tenaga jangan habis percuma dan kelak kita bertemu dengan Tuhan kita dalam suasana yang menggembirakan hati. Sebab Tuhan sendiri pun ingin agar kita jadi orang baik, orang shalih. 'Maka tidaklah aku akan bensumpah.' pangkal ayat 16. Banyak terdapat susun kata seperti ini di dalam al-Quran; Falaa Uqsimu yang arti harfiyahnya tidaklah aku akan bersumpah, padahal hendaklah dia diartikan sebagai suatu sumpah peringatan yang sangat panting. Oleh sebab itu ada juga ahli-ahli yang menafsirkan 'Falaa Uqsimu' dengan; "Maka tidak. Aku akan bersumpah." Diputuskan hubungan aa dengan uqsimu. Setelah mengetahui yang demikian kita teruskanlah persumpahan Ilahi itu; Demi tanda merah di tepi langit.' 16. Tanda merah di tepi langit ialah syafaq yang merah itu, yang meskipun matahari telah terbenam ke sebelah Barat, namun tanda merah itu masih kelihatan sebelum matahari hilang sehilang-hilangnya ke bawah dasar bumi. Allah mengambil syafaq ini menjadi persumpahan supaya kita memperhatikan alam yang indah dijadikan Tuhan, untuk membulatkan ketundukan kepadaTuhan. "Demi malam dan apa yang dikumpulkannya." ayat 17. Banyak yang terkumpul pada malam hari; baik yang berupa alam kebendaan dengan cahaya bintang gemerlapan, ataupun kesunyian dan kesepian, dan boleh juga kita masukkan dalamnya kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia yang durhaka di malam hari dan terkumpul juga di malam hari ibadat dan munajat hamba Allah, tahajjud dan pulang perginya malaikat membawa permohonan makhluk kepada Tuhan dan turunnya mereka membawakan rahmat dan maghfirat. "Demi bulan apabila telah purnama."ayat 18 Bulan terang-benderang 14 hari, puncak dari kesegaran dan keindahan alam. Itulah yang dinamakan purnama. Bintang-bintang menjadi pudar cahaya dikalahkan oleh bulan, dan alam terang bagai disepuh, dan keindahan itu pun mempengaruhi membawa udara yang nyaman. Diketahuilah bahwasanya terang-benderang cahaya bulan adalah karena dia senang bertentang dengan matahari, sebab bulan tidak memancarkan cahaya masa terakhir ini sampailah manusia ke atas bulan itu, dan memang sejak lama dia telah disediakan Allah buat diselidiki; bukan bulan sahaja, bahkan matahari pun. Surat 14, Ibrahim ayat 33, Surat 13, ar-Ra'ad; 2. Dan lain-lain. "Sesungguhnya kamu akan melalui setingkat sesudah setingkat. ayat 19. Berbagai-bagailah ahli tafsir menafsirkan apa maksud melalui setingkat sesudah setingkat, atau selapis demi selapis itu, yang dijadikan tekanan tujuan kata oleh Allah sesudah Allah mengambil sumpah dengan tanda merah di tepi langit, atau malam atau bulan purnama. Maka bertemulah dua penafsiran yang agak cocok dengan penafsiran kita, yaitu tafsiran Ikrimah dan Hasan al-Bishri. Menurut Ikrimah melalui selapis demi selapis ialah hal-ihwal hidup yang dilalui semua manusia; "Lahir ke dunia, sarat menyusu, sesudah itu berangkat besar dan remaja, sesudah itu muda lalu tua dan akhirnya dunia ini pun ditinggalkan." Hasan al-Bishri menafsirkan; "Senang sesudah susah, susah sesudah senang. Kaya sesudah miskin,miskin sesudah kaya. Sakit sesudah sihat, sihat sesudah sakit, tak tetap dalam satu keadaan." Maka gerangan apalah sebabnya, mereka tidak akan beriman?" ayat 20. Baca ayat-ayat ini dari mulanya dengan tenang, sampai kepada ayat 20 ini; bumi beredar mengeliling matahari, sehingga timbul syafaq yang merah di ufuk Barat sesudah matahari terbenam, hari pun malam dan bulan purnama mulai bercahaya, semuanya itu mengandung ibadat bagi manusia. Kemudian disadarkan tentang hidup itu sendiri, pergantian di antara selapis hidup demi selapis lagi, mendaki menurun, mendatar dan melereng, dari ayunan diakhiri dengan kuburan. Kalau begitu keadaan yang kita dapati dan akan selalu begitu, apalah gerangan sebabnya manusia masih ada juga yang tidak mau beriman Dapatkah dia mengelakkan diri dari Iingkungan ketentuan Allah yang dinamai takdir? Karena semua itu adalah takdir, yang berarti ukuran atau jangkaan. "Dan apabila al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau sujud?" ayat 21. Artinya tidak mau tunduk dan mengakui kebesaran Ilahi, malahan membangkang mengangkat muka? "Bahkan orang-orang yang kafir itu pun mendustakan." ayat 22. Mereka tolak keterangan yang telah dibawa kan di dalam al-Quran itu dan mereka tempuh jalan sendiri yang diluar dari ketentuan Tuhan; "Namun Allah amatlah mengetahui apa yang mereka pendam di hati."ayat 23. Oleh sebab itu ke mana saja pun gerak-gerak mereka akan dituruti oleh Allah sehingga mereka tak dapat lari. "Lantaran itu ancamlah mereka dengan azab yang pedih." ayat 24. Neraka jahannam. "Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih; bagi mereka adalah pahala yang tidak putus-putusnya." ayat 25. ltulah pengharapan. Dan alangkah sepinya hidup ini kalau tidak mempunyai pengharapan. Dan ini pulalah kelebihan pada jiwa orang beriman. Demikianlah Tafsir Al Azhar Surat AL-INSYIQAQ KEHANCURAN ayat 1 sampai ayat 25. Semoga menambah keyakinan kita pada Allah swt dan meningkatkan upaya kita untuk memperbanyak amal sholeh menanti hari yang sangat dahsyat yang telah dijanjikanNya Yaitu KIAMAT.
tafsir surat al insyiqaq